07.23
Unknown
Tokoh yang akrab disapa Cak Nun atau Emha Ainun
Nadjib (lahir di Djombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 57 tahun)
adalah seorang tokoh intelektual yang
mengusung nafas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara.
Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada(UGM). Sebelumnya
dia pernah ‘diusir’ dariPondok Modern
Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada
pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan
tamat SMAMuhammadiyah I. Istrinya yang sekarang,Novia
Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi.Lima
tahun hidup menggelandang di Malioboro, Yogyakarta antara1970-1975 ketika
belajar sastra kepada
guru yang dikaguminya, Umbu Landu Paranggi, seorang sufi yang hidupnya
misterius dan sangat mempengaruhi perjalanan Emha.
Selain
itu ia juga pernah mengikuti lokakarya teater di Filipina (1980), International
Writing Program di Universitas Iowa, Amerika
Serikat(1984),
Festival Penyair Internasional di Rotterdam, Belanda (1984) dan Festival
Horizonte III di Berlin Barat, Jerman (1985).
Dalam
kesehariannya, Emha terjun langsung di masyarakat dan
melakukan aktivitas-aktivitas yang merangkum dan memadukan dinamika kesenian, agama, pendidikan politik,
sinergi ekonomi guna
menumbuhkan potensialitas rakyat. Di samping aktivitas rutin bulanan dengan
komunitas Masyarakat Padhang mBulan, ia juga
berkeliling ke berbagai wilayah nusantara,
rata-rata 10-15 kali per bulan bersama Musik Kiai Kanjeng, dan rata-rata 40-50
acara massal yang umumnya dilakukan di area luar gedung. Selain
itu ia juga menyelenggarakan acara Kenduri Cinta sejak
tahun 1990-an yang dilaksanakan di Taman Ismail Marzuki. Kenduri Cinta adalah
forum silaturahmi budaya dan kemanusiaan yang dikemas sangat terbuka,
nonpartisan, ringan dan dibalut dalam gelar kesenian lintas genre.
Dalam
pertemuan-pertemuan sosial itu ia melakukan berbagai dekonstruksi pemahaman
atas nilai-nilai, pola-pola komunikasi,
metoda perhubungan kultural, pendidikan cara
berpikir, serta pengupayaan solusi-solusi masalah masyarakatMemacu
kehidupan multi-kesenian Yogya bersama Halimd HD, jaringan kesenian melalui
Sanggarbambu, aktif di Teater Dinasti dan menghasilkan repertoar serta
pementasan drama. Beberapa karyanya:·
Geger Wong Ngoyak Macan (1989, tentang pemerintahan ‘Raja’Soeharto),·
Patung Kekasih (1989, tentang pengkultusan),·
Keajaiban Lik Par (1980, tentang eksploitasi rakyat oleh
berbagai institusi modern),·
Mas Dukun (1982, tentang gagalnya lembaga kepemimpinan modern).·
Kemudian
bersama Teater Salahudin mementaskan Santri-Santri
Khidhir (1990, di lapangan Gontor dengan seluruh santri
menjadi pemain, serta 35.000 penonton di alun-alun madiun),·
Lautan Jilbab (1990, dipentaskan secara massal di Yogya,
Surabaya dan Makassar),·
Kiai Sableng dan Baginda Faruq (1993).·
Juga
mementaskan Perahu Retak (1992,
tentang Indonesia Orba yang digambarkan melalui situasi konflik pra-kerajaan
Mataram, sebagai buku diterbitkan oleh Garda Pustaka), di samping Sidang Para Setan, Pak Kanjeng, serta Duta Dari Masa Depan.Menerbitkan
16 buku puisi:·
“M”
Frustasi (1976),·
Sajak-Sajak
Sepanjang Jalan (1978),·
Sajak-Sajak
Cinta (1978),·
Nyanyian
Gelandangan (1982),·
102
Untuk Tuhanku (1983),·
Suluk
Pesisiran (1989),·
Lautan
Jilbab (1989),·
Seribu
Masjid Satu Jumlahnya ( 1990),·
Cahaya
Maha Cahaya (1991),·
Sesobek
Buku Harian Indonesia (1993),·
Abacadabra
(1994),·
Syair
Amaul Husna (1994)Buku-buku
esainya tak kurang dari 30 antara lain:·
Dari
Pojok Sejarah (1985),·
Sastra
Yang Membebaskan (1985)·
Secangkir
Kopi Jon Pakir (1990),·
Markesot
Bertutur (1993),·
Markesot
Bertutur Lagi (1994),·
Opini
Plesetan (1996),·
Gerakan
Punakawan (1994),·
Surat
Kepada Kanjeng Nabi (1996),·
Indonesia
Bagian Penting dari Desa Saya (1994),·
Slilit
Sang Kiai (1991),·
Sudrun
Gugat (1994),·
Anggukan
Ritmis Kaki Pak Kiai (1995),·
Bola-
Bola Kultural (1996),·
Budaya
Tanding (1995),·
Titik
Nadir Demokrasi (1995),·
Tuhanpun
Berpuasa (1996),·
Demokrasi
Tolol Versi Saridin (1997),·
Kita
Pilih Barokah atau Azab Allah (1997),·
Iblis
Nusantara Dajjal Dunia (1997),·
2,5
Jam Bersama Soeharto (1998),·
Mati
Ketawa Cara Refotnasi (1998),·
Kiai
Kocar Kacir (1998),·
Ziarah
Pemilu, Ziarah Politik, Ziarah Kebangsaan (Penerbit Zaituna, 1998),·
Keranjang
Sampah (1998) Ikrar Husnul Khatimah (1999),·
Jogja
Indonesia Pulang Pergi (2000),·
Ibu
Tamparlah Mulut Anakmu (2000),·
Menelusuri
Titik Keimanan (2001),·
Hikmah
Puasa 1 & 2 (2001),·
Segitiga
Cinta (2001),·
Kitab
Ketentraman (2001),·
Trilogi
Kumpulan Puisi (2001),·
Tahajjud
Cinta (2003),·
Ensiklopedia
Pemikiran Cak Nun (2003),·
Folklore
Madura (Cet. I, Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress, 164 hlm; 13cm x
20cm, ISBN: 979-9010-02-0),·
Puasa
Itu Puasa (Cet. I, Agustus 2005, Yogyakarta: Penerbit Progress, 264 hlm; 13cm x
20cm, ISBN: 979-9010-01-2),·
Syair-Syair
Asmaul Husna (Cet. I, Agustus 2005, Yogyakarta; Penerbit Progress, 196 hlm;
12cm x 20cm, ISBN: 979-9010-0-53)·
Kafir
Liberal (Cet. II, April 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress, 56 hlm; 12cm x
18cm, ISBN: 979-9010-12-8),·
Kerajaan
Indonesia (Cet. II, Agustus 2006, Yogyakarta; Penerbit Progress, 400 hlm; 13cm
x 20cm, ISBN: 979-9010-15-2),·
Jalan
Sunyi EMHA (Ian L. Betts, Juni 2006),·
Istriku
Seribu (Cet. I, Desember 2006, Yogyakarta: Penerbit Progress, 64 hlm; 12cm x
18cm, ISBN: 979-9010-20-9),·
Orang
Maiyah (Cet. I, Januari 2007, Yogyakarta; Penerbit Progress,196 hlm; 12cm x
20cm, ISBN: 979-9010-21-7),·
Tidak.
Jibril Tidak Pensiun (Cet. I, Juli 2007, Yogyakarta: Penerbit Progress,248 hlm;
13cm x 20cm, ISBN: 979-9010-22-5),·
Kagum
Pada Orang Indonesia (Cet. I, Januari 2008, Yogyakarta; Penerbit Progress, 56
hlm; 12cm x 18,5cm, ISBN: 978-979-17127-0-5),·
Dari
Pojok Sejarah; Renungan Perjalanan Emha Ainun Nadjib (Cet. I, Mei 2008,
Yogyakarta: Penerbit Progress, XIX + 227 hlm; HVS 65gr; 22,5cm x 20cm, ISBN:
978-979-17127-1-2) TeaterPuisi/BukuEssai/Buku
0 komentar:
Posting Komentar